Skip to main content

Jaringan Islam Liberal

Jaringan Islam Liberal

Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (lahir 1939, murid dari Fadzlur Rahman di Chicago) yang mempelopori gerakan Sekularisasi dan Liberalisasi pandangan terhadap ajaran Islam bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahib dan Abdurrahman Wahid.

Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaharuannya sejak tahun 1970-an. Pada saat itu ia telah menyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan: "Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar paham kenisbian (relatifisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan memutlakkan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama".

Kemudian lahirlah apa yang disebut Jaringan Islam Liberal (JIL). Lahir di Jl. Utan Kayu 68 H Jakarta. Bermula dari diskusi maya di mailing list yang didirikan 8 maret 2001. Pemrakarsanya, sejumlah peneliti atau jurnalis, anak-anak muda. Mereka aktif di Paramadina, NU, dan IAIN Ciputat, semisal Ulil Abshar Abdalla, Ichan Loulemba, AE. Priyono, Luthfie Asysaukanie, A. Rumadi, Sugeng, A. Bakir Ikhsan, Nirwan Akhmad Arsuka. Komunitas di lapis duanya, banyak pula yang mantan aktifis kelompok studi tahun 1980-an, yang kemudian sekolah sampai S3 di AS. Komunitas tersebut makin mengkristal, mereka kemudian mengOrganisasikan diri dalam wadah JIL, dengan semboyan, "Menuju Islam yang membebaskan". 

Latar belakang berdirinya, karena kecemasan berlebihan atas maraknya gerakan Islam militan. Seperti tertulis dalam "Profile" http://www.Islamlib.com , dinyatakan bahwa lahirnya JIL sebagai reaksi atas bangkitnya apa yang ia namakan "ekstrimisme, fundamentalisme dan Radikalisme". 

Istilah dan wacana Islam Liberal sendiri tidak lebih merupakan hasil "copy paste" dari Islamic Liberalism (Cicago 1988) karya Leonard Binder, dan Liberal Islam (Oxford 1998). Hasil editan Charles Kurzman. Buku-buku dari dua Islamolog ini, sempat menjadi bahan diskusi di sederetan kampus di Indonesia. Ketika yayasan Paramadina menerbitkan edisi buku terjemahan Kurzman Tahun 1999 (sebagai hasil kerjasama dengan Yayasan Adi Karya Ikapi dan The Ford Foundation), semakin menjamurlah perbincangan seputar "Islam" gaya baru ini. istilah "Islam" Liberal dipopulerkan oleh Ali Asghar Fyzzee, intelektual muslim India pada 1950-an. Kurzman sendiri mengaku mengambil istilah itu dari Fyzzee.

Meletakkan istilah "Liberal" terhadap Islam adalah perang tendensius secara Teologis, Idiologis maupun Metodologis. Sebab Liberalisme sendiri muncul pada masa Renaisance yang menjadi pemicu terjadinya revolusi Perancis dan Amerika. Yang menjadi focus dalam Liberalisme adalah kebebasan individual. Kekuasaan negara harus dipisahkan dari intervensi agama Nashrani (Gereja). Liberalisme mencetuskan Liberalisasi Politik (John Locke), ekonomi (Adam Smith, David Ricardo), dan pemikiran (Jeremy Bentham, John Stuart Mill dan Thomas Paine). Pada kutub yang sama kebebasan beragama (Liberal religius) mendudukkan para pemeluk dan individu-individunya sebagai pemegang otoritas final dalam menilai teks-teks sumber suci agama.

Oleh karena itu Deni JA, kolumnis yang juga anggota JIL menulis, "secara sengaja, kita harus menempelkan kata Liberal di samping Islam, karena yang kita perjuangkan bukan interpretasi Islam yang lain, tapi interpretasi Islam yang Liberal, yang sesuai dengan dasar Negara modern seperti yang berkembang di Negara maju". Ia juga berkata, "Islam Liberal adalah interpretasi Islam yang mendukung atau paralel dengan civic kultur (pro pluralisme, equal oportuniti, modernisasi, trust dan tolerance, memiliki sense of kommuniti yang nasional)". 

Luthfi juga menulis, "?kalau kita ingin bebas, bebas dari apa dan bebas untuk apa. Saya kira jawabannya jelas: bebas dari otoritas masa silam dan bebas untuk menafsirkan dan mengkritisi otoritas tersebut". 

Menurut Greg Barton, prinsip sentral "Islam Liberal" atau Neo Modernisme: "suatu komitmen pada rasionalitas dan pembaruan, keyakinan akan pentingnya kontekstualisasi ijtihad, penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme dalam ajaran agama, serta pemisahan agama dari partai-partai dan posisi non sectarian Negara". Ringkasnya, tema-tema besar yang menjadi agenda JIL adalah: Rasionalitas, kontekstualisasi ijtihad, pluralisme dan sekularisme.

assalamu 'alaikum wrwb 
beberapa hal memang patut dicermati dari budaya liberal. satu hal yang patut dijadikan bahan kritis kita adalah budaya rasional. Bagaimana Islam memandang budaya rasional banyak sekali termaktub dalam Al-Quran. seperti penggunaan kata-kata 'aql, tadabbar, tafakkur, dan lain-lain. 

Mungkin antum bisa merujuk buku2 Quraish or Harun Nasution, memang mencerahkan dan membumi (keindonesiaan).

satu hal penting dari budaya rasional adalah penekanan pada Allah yang Maha Adil, sehingga terbentuk pemikiran terhadap free will dan free act, yang dalam bahasa arab disebut 'ikhtiyari'. Lalu ideologi sunatullah, untuk selalu memikirkan causa2 dalam kehidupan, membaca pertanda2 (ayat) dari alam, dan sejenisnya. Aye rasa hal ini bagus, sebab memang tidak ada pertentangan antara ayat kauniyyah (ilmu pengetahuan) yang ada di alam dan ayat yang tersurat dalam Kitab, kedua-duanya sama2 berasal dari Allah, pasti bersifat konsisten. asalkan keduanya dipahami secara lurus

Jika antum berpendapat bahwa budaya yang harus kita tiru dari barat adalah berpikir rasional, sistematis, etos kerja, dan penghargaan terhadap waktu yang bagus, maka yakinlah, itulah budaya Islam sesungguhnya yang dibawa pada zaman Islam klasik dulu (zaman ibnu Rusyd, ibnu sina, dsb) ketika perluasan kekuasaan Islam ke daerah eropa barat, afrika bagian utara, hingga eropa tengah, lalu setelah beberapa dinasti Islam berdiri, Islam mengalami kemunduran, hingga jelang abad kesembilanbelas malah menganggap ilmu pengetahuan dari barat (yang dulunya dari budaya Islam) bukanlah sesuatu yang bagus, termasuk budaya rasionalnya. Islam kemudian dipelajari hanya sebagai hapalan, ritual semata, pola belajar yang didikte (lihat pesantren2 tradisional), guru ngaji yang galak, otoriter dan sejenisnya. Itulah wajah Islam yang menekan dan menghambat budaya kritis rasional.

tetapi terhadap Jil sendiri saya juga tidak menganggap ia sebagai institusi yang adil dalam melihat masalah, malah cenderung memojokkan Islam, apa saja reaksi JIL terhadap penjajahan dunia Islam? apa reaksi JIL terhadap Genocide umat muslim di balkan? apa kontribusi JIL di Aceh? lalu apa yang diperbuat mereka dengan majalah Syir'ahnya? terkadang malah tidak rasional, syahwati bahkan seakan kurang menyadari kemahaadilan Allah yang digembar-gemborkan kalangan mu'tazilah sendiri. Saya hanya bisa berpendapat, JIL hanyalah perpanjangan tangan barat, pengkondisian barat kepada dunia ketiga secara kultural demi memperluas pasar ekonominya, perdagangan bebasnya, politiknya, dan minyak! Pemecahbelahan umat dan pengaburan kepercayaan terhadap agama adalah agenda utamanya.

Aye rasa, bedakan antara corak budaya penafsiran rasional (yang ada dalam Islam) dengan JIL itu sendiri!

walahu a'lam wastaghfirullah
wass

Popular posts from this blog

Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum

Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum itu antara lain adalah : 1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain. Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian. Perubahan praktek pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian serius, agar pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi tentu perubahan kurikulum harus disesuaikan denga kondisi setempat, kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi karena adanya perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial, maupun budaya. 2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.  Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi makhluk terasing yang akanhidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan duni

Khasiat dan Kegunaan Batu Mata Harimau

Batu Mata Harimau menggabungkan getaran-getaran dari bumi dan getaran Matahari. Batu ini memberikan dukungan dalam menjalani suatu awal baru dalam kehidupan dan membantu dalam membangun kembali harmoni kehidupan kita. Batu Mata Harimau melindungi pememakainya, terutama selama perjalanan panjang. Batu ini juga mampu meningkatkan rasa aman dan kebanggaan dalam diri seseorang. Batu Mata Harimau adalah jenis batu mulia yang berasal dari Afrika Selatan , Rusia , Australia Barat dan juga banyak dijumpai di negara Jerman dan China. Nama Batu Mata Harimau sendiri diambil dari tekstur batu yang seolah-olah seperti mata harimau. Sehingga banyak yang menyebutkan jenis batu ini dengan Batu Mata Harimau . Batu ini sendiri memiliki kekuatan yang sangat tinggi , sehingga sangat sulit untuk pecah . Batu ini tergolong dalam keluarga batu Quartz . Mata Harimau adalah batu yang sangat baik untuk meningkatkan keyakinan diri, membantu dalam usaha mendapatkan kelimpahan dan kekayaan serta meningk

MAKALAH BIOGRAFI TOKOH-TOKOH HADITS

MAKALAH BIOGRAFI TOKOH-TOKOH HADITS PENDAHULUAN Berbicara mengenai hadits yang sudah tersebar luas di seluruh sentereo jagad raya ini, tentu hal tersebut tidak lepas dari peran penting para aktor di belakangnya. Para aktor tersebut adalah perawi hadits dan tokoh-tokoh yang mendalami ilmu hadits yang tentu hebat karena mereka memiliki potensi diri yang baik, baik dari segi intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Untuk melakukan hal ini, tentu tidak sembarang orang bisa melakukannya. Sebab, tidak mudah untuk dan dalam melaksanakan tugas ini atau tentu banyak rintangan dan perjuangan, namun hal ini juga tidak menutup kemungkinan kita bisa menjadi seperti merka. Untuk itu, kita perlu mengetahui lebih jauh bagaimana aktor-aktor hebat tersebut. Dengan harapan kita bisa menjadikan mereka sebagai tauladan atau motivasi bagi kita untuk menjadi orang besar dan hebat.  B. Biografi Tokoh al-Kutub al-Tis’ah 1. Al-Bukhari (194 H – 256 H = 810 M - 870M) Nama lengkap I