PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI HADITS AHAD
1. Pengertian
Kata (ahad) merupakan muhtamil dari kata (wahid) yang berarti satu.[1] sedangkan menurut istilah adalah:
مالم تبلغ نقلته في الكثرة مبلغ الخبر المتواتر سواء كان المخبر واحدا او إثنين او ثلاثة او اربعة او خمسة الي غير ذلك من الأعداد اللتي لا تشعر بأن الخبر دخل بها في خبر المتواتر
“hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai batasan mutawatir, baik perawi itu satu, dua, tiga, empat, atau lima dan seterusnya yang tidak memberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak sampai pada jumlah perawi hadis mutawatir”[2]
2. Klasifikasi
Berdasarkan dari thabaqah masing-masing rawi, hadis ahad dapat dibadi tiga macam, yaitu masyhur, aziz, dan gharib.
a. Pengertian hadis masyhur
Menurut bahasa masyhur adalah muntasyir yaitu sesuatu yang sudah tersebar, sudah populer. Adapun menurut istilah hadis masyhur adalah
ما رواه من الصحابة عدد لا يبلغ حد التواتر ثم تواتر بعد الصحابة و من بعدهم
“hadisyang diriwayatkan dari sahabat tapi bilangannya tidak mencapai mutawatir kemudian baru mutawatir setelah sahabat dan demikian pula setelah mereka”.
Hadis masyhur ini ada yang sahih, hasan dan dha’if, hadis masyhur sahih seperti:
إذا جاء أحدكم الجمعة فاليستغل (رواه البخاري)
“bagi siapa yang hendak pergi melaksanakan shalat jum’at, hendaklah ia mandi”
Hadis masyhur hasan seperti:
لا ضرر ولا ضرار
“jangan melakukan perbuatan yang berbahaya (bagi diri dan orang lain)”
Hadis masyhur dha’if seperti:
طلب العلم فريضة علي كل مسلم ومسلمة
“menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan” [3]
Apabila dilihat dari segi kalangan mana hadis tersebut menjadi masyhur (populer), maka hadis tersebut dapat dibedakan menjadi:[4]
1) Masyhur di kalangan ulama hadis saja.
ان النبي صلي الله عليه وسلم قنت شهرا بعد الركوع يدع علي رعل و ذكوان (متفق عليه)
“bahwa nabi saw melakukan kunut selama sebulan sesudah ruku’ untuk mendo’akan keluarga ri’il dan dzakwan”
2) Masyhur di kalangan ulama hadis dan ulama lain
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجرما نهي الله عنه (متفق عليه)
“rasulullah bersabda: yang dimaksud dengan orang muslim ialah orang yang tidak mengganggu orang-orang islam lainnya, baik dengan lidahnya maupun dengan tangannya. Dan yang dimaksud dengan orang yang berhijrah adalah orang yang pindah dari apa yang dilarang oleh allah”
3) Masyhur di kalangan ulama yang bukan ulama hadis (ulama fiqih, ulama ushul, dll)
ابغض الحلال الي الله الطلاق
“perbuatan halal yang dumurkai allah adalah thalaq”
4) Masyhur di kalangan masyarakat awam
إعمل لدنياك كأنك تعيش ابدا واعمل لأخرتك كأنك تموت غدا
“bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok”
b. Pengertian hadis aziz
Aziz menurut bahasa adalah asy-syafief (yang mulia), an-nadir (yang sedikit wujudnya), al-qawi (yang kuat).[5]
Adapun menurut istilah hadis aziz adalah:
ما رواه إثنان ولو كان في طبقة واحدة ثم رواه بعد ذلك جماعة
“hadis yang diriwayatkan oleh dua orang walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian orang-orang meriwayatkannya”[6]
Contoh hadis aziz:
نحن الأخرون السابقون يوم القيامة (رواه احمد والنساء)
“kami adalah orang-orang terakhir di dunia yang terdahulu pada hari qiyamat”
Hadis tersebut diriwayatkan oleh dua orang sahabat (tabaqah pertama), yakni hudzaifah ibn al-yaman dan abu hurairah. Hadis tersebut pada thabaqah kedua telah menjadi masyhur sebab melalui periwayatan abu hurairah hadis diriwayatkan oleh tujuh orang, yaitu salamah, abu hazim, thawus, al-araj, abu salih, human, dan abd ar-rahman
c. Pengertian hadis gharib
Kata gharaba menurut bahasa berarti ba’idun ‘anil wathani (yang jauh dari tanah air). Bila dinyatakan kalamun gharibun (kalimat yang sulit difaham).[7]
Adapun menurut istilah:
هو ما ينفرد بروايته راو واحد
“hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi”[8]
Contoh hadis gharib:
النهي عن بيع الولاء وهبته
“mencegah dari menjuah budak dan memberikannya”
Hadis ini tidak ada yan meriwayatkan kecuali dari Abdullah bin dinar dari umar.[9]
Penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadis itu dapat mengenai orangnya, yakni tidak ada orang lain yang meriwayatkan selain rawi itu sendiri, juga dapat mengenai sifat atau keadaan rawi, artinya sifat atau keadaan rawi itu berbeda degan sifat atau keadaan rawi-rawi lain yang juga meriwayatkan hadis tersebut.[10]
Ditinjau dari segi bentuk penyendirian rawi, hadis gharib terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Gharib muthlaq yaitu hadis yang rawinya menyendiri dalam meriwayatkan hadis itu, penyendirian rawi hadis gharib muthlaq itu berpangkal pada tempat ashlus sanad yakni tabi’in bukan sahabat.
الولاء لحمة كلحمة النسب لا يباع ولا يوهب
“kekerabatan dengan jalan memerdekakan, sama dengan kekerabatan dengan nasab, tidak boleh dijual dan tidak boleh dihibahkan ”[11]
2) Gharib nisby yaitu apabila penyendirian itu mengenai sifat atau keadaan tertentu seorang rawi, seperti sifat keadilan, meriwayatkannya dari orang tertentu, kota atau tempat tinggal tertentu.
كان يقرأ به رسول الله صلي الله عليه و سلم في الأضحي والفطر بق والقرأن المجيد واقتربة الساعة وانشق القمر (رواه مسلم)
“konon rasulallah pada hari raya qurban dan hari raya fitrah membaca surat qaf dan surat al-qamar”[12]
Selain pembagian hadis gharib seperti yang tertera diatas, ada juga yang menggolongkan hadis gharib menjadi dua, yaitu gharib pada sanad dan matan, dan gharib pada matan saja.
Yang dimaksud gharib pada sanad dan matan adalah hadis yang hanya diriwayatkan melalui satu jalur, seperti:
كلمتان حبيبتان إلي الرحمن خفيفتان علي اللسان ثقيلتان في الميزان سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم (رواه البخاري ومسلم )
“ada dua kalimt yang disnangi oleh allah, ringan diucapkan dan memperberat timbangan, yaitu kalimat subhanallah wa bihamdih subhanallah al-adzim”
Hadis ini diriwayatkan oleh bukhari-muslim dengan sanad muhammad bin fidhail, abu zur’an, umarah, abu zar’ah, dan abu hurairah. Imam tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini gharib, karena hanya rawi-rawi tersebut yang meriwayatkannya, tidak ada yang lain.
Sedangkan yang disebut gharib sanad saja adalah hadis yang telah popular dan diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi yang meriwayatkannya dari seorang sahabat lain tang tidak populer. Seperti:
المؤمن يأكل في معي واحد والكافر يأكل في سبعة أمعاء
“orang mukmin makan dalam satu usus, sedang orang kafir makan dalam tujuh usus”
Menurut al-hafidz ibn rajab bahwa matan hadis ini melalui beberapa jalur yang berasal dari nabi. Bukhari dan muslim meriwayatkannya dari abu hurairah dan dari ibnu umar, dari nabi. Adapun hadis sbu musa al-asy’ari yang meriwayatkan oleh muslim melalui kuraib menyendiri dalam meriwayatkan hadis ini.[13]
Dalam pengentar ilmu hadis, selain gharib pada matan dan sanad, dan matan pada sanad, juga terdapat gharib pada matan yaitu jika:
1) Seluruh matan hadis itu sama sekali tidak dikenal oleh ulama hadis.
2) Sebagian dari matan hadis itu sulit difahami.
3) Sebagian lafadz dari hadis itu tidak termuat dalam hadis semakna di sanad-sanad lain.
فرض رسول الله ص م زكاة الفطر صاعا من شعير علي العبد والحر والذكر والأنثي والصغير والكبير من المسلمين
“rasulullah saw mewajibkan zakat fitri sati sha’ dari gamdum atas hamba sahaya, orang merdeka, pria, wanita, anak-anak, dan ornga tua dari kaum muslimin”
Kata minal muslimin dalam hadis ini hanya termuat dalam hadis yang ditahrijkan oleh imam malik, para pentahrij lain tidak menyebutkannya.[14]
[1] M. Syuhudi Ismail. Op.Cit. Hlm 141
[2] Munzier Suparta. Op.Cit. Hlm 107
[3] Ibid. Hlm 110-113
[4] M. Syuhudi Ismail. Op.Cit. Hlm 143-146
[5] Ibid. Hlm 150
[6] M. Agus Sulahudin. Agus Suyadi. Op.Cit. Hlm 136
[7] M. Syuhudi Ismail. Op.Cit. Hlm 152
[8] M. Agus Sulahudin. Agus Suyadi. Op.Cit. Hlm 137
[9] Bisri Mustafa. Mandhumah Al-Baikuni Fi Ilmi Mustholah Al-Hadis. Kudus: Menara Kudus. Hlm 22
[10] Ibid. Hlm 138
[11] Munzier Suparta. Op.Cit. Hlm 119
[12] Ibid. Hlm 120
[13] Ibid. Hlm 121-123
[14] M. Syuhudi Ismail. Op.Cit. Hlm 153-154