Berpeganglah Kepada Janji Allah
Ditengah-tengah usaha pendangkalan akidah yang dilakukan oleh sosok-sosok bertopeng Islami, di jaman ketika syari'at Islam yang seharusnya kaffah dilaksanakan malah menjadi bahan pertanyaan, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) masih terus berupaya mengepakkan sayap-sayap dakwahnya. Pada usianya yang menginjak 38 tahun pada 27 Februari ini, DDII terus bergiat dan bekerja keras, membela kepentingan umat Islam dengan berani dan istiqamah.
Sejak dipimpin oleh almarhum Mohammad Natsir, DDII terus aktif membina kader-kader dakwah, yang dikenal militan dan sangat disegani oleh musuh-musuh Islam : orang-orang yang tidak menyukai syari'at Islam dilaksanakan secara kaffah, dan tegak di bumi Indonesia ini. Tak jarang DDII mesti berhadapan dengan pihak penguasa, dikala memperjuangkan kepentingan umat tersebut. Tentu saja, sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah SAW sendiri, bahwasanya jalan dakwah itu pasti dipenuhi oleh marabahaya, tak jarang DDII harus berhadapan dengan penguasa atau pihak-pihak kuat yang kukuh menghalangi maksud baiknya. Untuk itu, DDII harus dinakhodai seseorang yang memiliki karakter kuat. Dan untuk saat ini, sosok itu terwakili oleh KH. Hussein Umar, Sekretaris Jenderal DDII.
Untuk mengetahui lebih lanjut kiprah DDII di usia ke-38 ini, reporter CyberMQ, Fiqi Fauzi, berhasil mewawancarainya disela-sela rapat rutin yang bertempat di Kantor DDII, bilangan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Berikut ini petikan wawancaranya :
Berpeganglah Kepada Janji Allah
Kegiatan apa yang akan dilaksanakan untuk memperingati hari jadi DDII yang ke-38 ?
Kita masih konsentrasi untuk Aceh. Ada tim yang akan berangkat ke sana untuk kelanjutan pembinaan dakwah. Itulah masalah yang paling kita seriusi untuk saat ini.
Berapa banyak yang sudah diturunkan disana ?
Sekitar 80 orang yang bolak balik, dan sampai sekarang masih ada disana. Diperkirakan sekitar 7 gelombang sudah berangkat ke Nanggroe selama kejadian ini. Yang kita lakukan antara lain bantuan untuk anak yatim, kegiatan pembinaan umat yang dilakukan oleh satu tim. Untuk Kesehatan, kita juga dapat bantuan dari muslim di Hongaria. Kita masih mencari rumah sakit yang tepat untuk menyalurkannya. Kemudian ada delegasi dari mesir yang akan datang hari jumat dan akan berangkat ke Aceh hari sabtunya. Dari organisasi Konferensi Islam berpartisipasi dengan memberikan bantuan alat sekolah mulai tas yag didalamnya ada sajadah, Al-Quran, alat tulis, pakaian,dan buku Iqro. Satu paket sudah dikirim dan yang lain akan menyusul.
Kita ingin bantuan yang kami berikan bisa bermanfaat. Untuk mendata tidak semudah yang kita duga. Karena sasaran kita di Meulaboh, Nagan Raya, Sibelu. Masih banyak daerah yang belum disentuh selama ini. Hal itu kita ketahui setelah kita mengunjungi kesana. Kami mengetahui bahwa bantuan itu numpuk di Aceh Besar, sedangkan yang membutuhkan banyak dari daerah lain. Program kami di Aceh antara lain memperbaiki masjid yang rusak Ada, membina imam masjid karena banyak imam masjid yang wafat.
Kita temukan di lapangan ada kelompok LSM Nasrani yang melangkah cukup jauh, misalnya membagikan makanan dalam pembungkus dengan semangat misionaris. Lembaga tersebut berasal dari Korea. Hal ini akan kami laporkan kepada pemerintah dan kami mempunyai bukti konkret yang menguatkan adanya hal tersebut. Di lapangan juga ditemukan Dosen Universitas Syiah Kuala. Seorang perempuan berusia 60 tahun, orang Australia yang fasih bahasa Aceh. Dia juga memberikan pembinaan untuk anak-anak, seperti menghibur anak-anak dengan mainan balon. Balon itu muncul jadi bunga, tiba-tiba muncul salib. Dan ketika muncul salib itu, perempuan tersebut memberikan penjelasan apa itu salib ? apa itu agama kristen ? Itu yang terjadi di Aceh. Mereka tampil begitu agresif dengan mengabaikan etika yang berlaku.
Temuan ini akan kami sampaikan ke Menteri Agama dengan data-data yang kuat. Dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), Prof. Dr. Danil Juned menceritakan bahwa kami pernah mengalami tiga peristiwa yang menyebabkan anak-anak Aceh jadi korban dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pertama, ketika G 30 S/PKI, kita tidak tahu anak-anak aceh dibawa keluar menuju kemana. Kedua, ketika DOM, berapa anak aceh yang jadi korban kemudian dibawa oleh kalangan tertentu. Ketiga, gempa tsunami ini. Berapa banyak anak Aceh yang dibawa keluar Aceh. Kita tidak bisa meyakinkan bahwa tidak ada, tetapi suara itu cukup santer. Pada kesempatan lain Pesawat boeing milik worldhelp mendarat di Bandara Blang Bintang. Siapa yang menjamin dalam situasi panik, tidak ada anak-anak yang dibawa. Karena anak-anak beranggapan siapapun yang menolong dia, meski tidak tahu apa-apa, yang penting diselamatkan. Saya rasa mereka sangat jeli melihat peluang dalam situasi seperti itu. Istilahnya, mereka menangguk di air keruh dalam suasana yang seperti ini. Washington Post mengungkapkan, bahwa dulu aceh tertutup dgn Syariat Islam. Dengan kejadian gempa menjadi terbuka untuk segala bantuan, sehingga mereka bisa leluasa memasuki aceh. Hal tersebut dikuatkan oleh republika yang mengulas lebih rinci tentang ini.
Demikian artikel tentang Berpeganglah Kepada Janji Allah ini saya sampaikan, semoga bermanfaat. amien