Absorpsi dan Ekskresi Mineral Mikro Pada Seng (Zn)
Seng (Zn)
Bahwa seng esensial untuk kehidupan telah diketahui sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Peranannya dalam pertumbuhan normal pada hewan telah didemonstrasikan pada tahun 1930-an. mcCane danWiddowson pada tahun 1930-an dan awal 1940-an melakukan penelitian metabolisme seng pada manusia. Pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an diperoleh laporan pertama tentang kegagalan pertumbuhan pada remaja di delta sungai Nil di Mesir yang dapat diperbaiki dengan pemberian tambahan seng. Penelitian mendalam selama 20 tahun terakhir menghasilkan pengertian lebih baik tentang peranan biokimia seng di dalam tubuh dan gejala klinik yang timbul akibat defisiensi seng pada manusia.
Tubuh mengandung 2-2, 5 gram yang tersebar di hampir semua sel. Sebagian besar seng ada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot, dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Di dalam cairan tubuh, seng terutama merupakan ion intraselular. Seng di dalam plasma hanya merupakan 0,1% dari seluruuh seng di dalam tubuh yang mempunyai masa pergantian yang cepat.
Absorpsi dan metabolisme
Absorpsidan metabolisme seng menyerupai absorpsi dan metabolisme besi. Absorpsi membutuhkan alat angkut dan terjadi di bagian atas usus halus(duodenum). Seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk ke aliran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan senh disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreaa seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari makanan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas. Sikulasi seng di dalam tubuh dari pankreas ke saluran cerna dan kembali ke pankreas dinamakan sikulasi enteropankreatik.
Absorpsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorpsi berkurang. Seperti halnya dengan besi, bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari. Metalotionein di dalam hati mengikat seng hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metalotionein diduga mempunyai peranan dalam mengatur kandungan seng di dalam cairan interselular. Distribusi seng antara cairan ekstraselular, jaringan dan organ dipengaruhi oleh keseimbangan hormon dan situasi stres. Hati memegang oeranan penting dalam redistribusi ini.
Faktor- Faktor yang mengatur Absorpsi Seng
Banyanknya seng yang diabsorpsi berkisar antara 15-40%. Seperti halnya besi, absorpsi seng dipengaruhi oleh status seng tubuh. Bila lebih banyak seng yang dibutuhkan, lebih banyak pula jumlah seng yang diabsorpsi. Begitu pula jenis makanan mempengaruhi absorpsi. Serat dan fitat menghambat ketersediaan biologik seng. Sebaiknya, protein histidin tampaknya membantu absorpsi. Tembaga dalam jumlah melebihi kebutuhan faali menghambat absorpsi seng. Nilai albumin dalam plasma merupakan penentu utama absorpsi seng. Albumin merupakan alat transpor utama seng. Absorpsi seng menurun bila nilai albumin darah menurun, misalnya dalam keadaan gizi kurang atau kehamilan.
Sebagian yang menggunakan alat transpor transferin, yang juga merupakan alat transpor besi. Dalam keadaan normal kejenuhan transferin akan besi biasanya kurang dari 50%. Bila perbandingan antara besi dengan seng lebih dari 2:1, transferin yang tersedian untuk seng berkurang, sehingga menghambat absorpsi seng. Sebaliknya, dosis tinggi seng juga menghambat absorpsi besi. Hal ini perlu dipertimbangkan bila menggunakan suplemen mineral. Absorpsi seng berasal dari ASI lebih baik daripada yang berasal dari susu sapi.
Eksresi Seng
Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Di samping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan kulit, sel dinding usus, cairan haid, dan mani.
Fungsi Seng
Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari 200 enzim, seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat. Misalnya, sebagai bagian dari karbonik anhidrase dalam sel darah merah, seng berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa dengan cara membantu mengeluarkan karbondioksida dari jaringan serta mengangkut dan mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru pada pernapasan. Enzim yang sama berperan dalam pengeluaran amoniak dan dalam produksi hidroklorida yang diperlukan untuk pencernaan. Sebagai bagian dari enzim peptidase karboksil yang terdapat dalam cairan pankreas, seng berperan dalam pencernaan protein. Seng juga dihubungkan dengan hormon insulin yang dibentuk di dalam pankreas, walaupun tidak berperan langsung dalam kegiatan insulin. Peranan penting lain adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA. Sebagai bagian dari enzim kolagenase, seng berperan pula dalam sintesis dan degradasi kolagen. Dengan demikian, seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan penyembuhan luka.
Seng juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma. Enzim superoksida dismutase (yang membutuhkan Zn dan Cu) di dalam sitosol semua sel, terutama eritrosit diduga berperan dalam memunahkan anion superoksida yang merusak. Sebagai bagian berbagai enzim dehidrogenase, selain berperan dalam metabolisme tahap pertengahan, seng berperan pula dalam detoksifikasi alkohol dan metabolisme vitamin A. Retinal dehidrogenase di dalam retina yang mengandung seng berperan dalam metabolisme pigmen visual yang mengandung vitamin A. Di samping itu seng diperlukan untuk sintesis alat angkut vitamin A protein pengikat retinol (Retinol Binding Protein/ RBP) di dalam hati. Dengan terkaitnya seng dengan metabolisme vitamin A, berarti seng terkait dengan berbagai fungsi vitamin A.
Seng berperan dalam fungsi kekebalan, yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antibodi oleh sel B. Taraf darah seng yang rendah dihubungkan dengan hipogeusia atau kehilangan indra rasa. Hipogeusia biasanya disertai penurunan nafsu makan dan hiposmia atau kehilangan indra bau. Hal ini biasanya terjadi pada stres akibat terbakar, fraktur tulang, dan infeksi. Seng tampaknya juga berperan dalam metabolisme tulang, transpor oksigen, dan pemunahan radikal bebas, pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah. Karena seng berperan dalam reaksi-reaksi yang luas, kekurangan seng akan berpengaruh banyak terhadap jaringan tubuh terutama pada saat pertumbuhan.
Angka Kecukupan Seng yang dianjurkan
Angka kecukupan seng sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004
Sumber Seng
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang dan telur. Serealia tumbuk dan kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.
Lanjut ke Iodium (I)