Pengertian Tahalli
Secara etimologi kata Tahalli berarti berhias. Sehingga Tahalli adalah menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji serta mengisi diri dengan perilaku atau perbuatan yang sejalan dengan ketentuan agama baik yang bersifat lahir maupun batin. Definisi lain menerangkan bahwa Tahalli berarti mengisi diri dengan perilaku yang baik dengan taat lahir dan taat batin, setelah dikosongkan dari perilaku maksiat dan tercela terhadap ketentuan-ketentuan Allah.
Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada tahap Takhalli. Dengan kata lain, Tahalli adalah tahap yang harus dilakukan setelah tahap pembersihan diri dari sifat-sifat, sikap dan perbuatan yang buruk ataupun tidak terpuji, yakni dengan mengisi hati dan diri yang telah dikosongkan atau dibersihkan tersebut dengan sifat-sifat, sikap, atau tindakan yang baik dan terpuji. Dalam hal yang harus dibawahi adalah pengisian jiwa dengan hal-hal yang baik setalah jiwa dibersihkan dan dikosongkan dari hal-hal yang buruk bukan berarti hati harus dibersihkan dari hal-hal yang buruk terlebih dahulu, namun ketika jiwa dan hati dibersihkan dari hal-hal yang bersifat kotor, merusak, dan buruk harus lah diiringi dengan membiasakan diri melakukan hal-hal yang bersifat baik dan terpuji. Karena hal-hal yang buruk akan terhapuskan oleh kebaikan.
Pada dasarnya, jiwa manusia dapatlah dilatih, diubah, dikuasai, dan dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Dengan kata lain sikap, atau tindakan yang dicerminkan dalam bentuk perbuatan baik yang bersifat lahir ataupun dapat dilatih, dirubah menjadi sebuah kebiasaan dan dibentuk menjadi sebuah kepribadian. Sehingga, pengisian jiwa dengan hal-hal yang baik itu diawali dengan melatih diri dengan melakukan hal-hal yang baik, sehingga lama kelamaan hal-hal yang baik tersebut akan berubah menjadi kebiasaan, dan apabila secara berkelanjutan dilakukan hal-hal yang baik tersebut akan terbentuk menjadi suatu kebiasaan.
Apabila manusia mampu mengisi hatinya setelah dibersihkan dari sifat-sifat tercela dengan sifat-sifat terpuji maka ia akan menjadi cerah dan terang sehingga dapat menerima cahaya ilahi. Sebab, hati yang belum dibersihkan tidak akan dapat menerima cahaya tersebut. Jika manusia yang mampu mengosongkan hatinya dari sifat-sifat tercela (takhalli) da mengisinya dengan sifat-sifat terpuji (tahalli) maka segala perbuatan dan tindakannya akan dijalankan dengan niat yang ikhlas mengabdi pada kepentingan agamanya, serta ikhlas bekerja untuk melayani kepentingan keluarga, mastyarakat, dan negaranya. Ikhlas berbuat kebaikan, memberi pertolongan dan bantuan kepada sesama, tanpa mengharapkan suatu balasan apapun kecuali dari Allah. Seluruh hidup dan gerak kehidupannya diikhlaskan untuk mencari keridhaan Allah semata. Dan, orang seperti inilah yang akan mampu mendekatkan diri kepada-Nya.
Tahalli juga berarti menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri bersikap dan berbuat baik, yaitu menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji. Apabila jiwa dapat diisi dan dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji, hati tersebut akan menjadi terang dan tenang, sehingga jiwa akan menjadi mudah menerima nur Illahi karena tidak terhijab atau terhalang oleh sifat-sifat yang tercela dan hal-hal yang buruk Hal-hal yang harus dimasukkan, yang meliputi sikap mental dan perbuatan luhur itu adalah seperti taubat, sabar, kefakiran, zuhud, tawakal, cinta, dan ma’rifah.
Berusaha agar dalam setiap gerak prilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat luar (ketaatan lahir), seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, mampu ketaatan yang bersifat dalam (ketaatan batin), seperti iman, bersikap ikhlas dan juga ridha terhadap seluruh ketentuan (taqdir) Allah.
Al-Ghazali menerangkan bahwa bersifat baik atau berakhlak terpuji berarti menghilangkan semua kebiasaan tercela, dan bersamaan dengan itu membiasakan diri dengan sifat-sifat yang baik, mencintai dan melakukan. Dalam rumusan lain , sebagaimana dikatakan oleh al-Qasimi, al-Ghazali mengatakan bahwa yang dikatakan berakhlak terpuji adalah membuat kerelaan seluruh makhluk, baik dalam keadaan lapang maupun susah. Di dalam kitab al-Arbain, al-Ghazali mengatakan bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang terpuji ialah bersifat tidak kikir dan tidak boros, tetapi diantara keduanya. Atau dengan kata lain sifat yang baik itu ialah bersikap moderat diantara dua sikap ekstrim.[1]
Dengan demikian tahap tahalli ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah kosong tadi. Sebab apabila satu kebiasaan telah dilepaskan tetapi tidak segera ada penggantiannya, maka kekosongan itu bisa menimbulkan frustasi. Oleh karena itu, setiap satu kebiasaan lama ditinggalkan harus segera diisi dengan satu kebiasaan baru yang baik. Dari satu latihan akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan akan menghasilkan kepribadian, jiwa manusia dapat dilatih, dapat dikuasai, bisa diubah dan dapat dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.[2
[1] Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah,(Yogyakarta:LkiS,2008) hlm 54-55
[2] Rivay Siregar, Tasawuf dari sufisme klasik ke neo klasik, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1999), hlm 105