Skip to main content

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESI

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESI

(Masa Penjajahan Jepang)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penyebaran Islam yang telah merambat dari bagian utara dan barat Indonesia diperkirakan mulai abad ke tujuh dan terus berkembang terutama setelah abad ke sebelas dan dua belas. Kedatangan Islam ini secara berangsur-angsur menggantikan Hinduisme dan Buddhisme yang telah berhasil sebelumnya membawa kejayaan Nusantara dengan kerajaannya yang sangat berpengaruh, kehadiran islam dan kebudayaan itu masuk hingga ke dalam sendi-sendi kerajaan dan kepemimpinan rakyat, pada perkembangan perjalanannya Islam secara riel telah membangun berbagai peradaban baru bagi kehidupan masyarakat di Nusantara kala itu dan bagi masyarakat muslim bangsa Indonesia di masa berikutnya.

Masa berikutnya yang menjadi kenyataan sejarah, bahwa Nusantara harus menghadapi penjajahan secara berantai, mulai dari Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang, selama proses kurun waktu tersebut peradaban Islam di Nusantara yang dalam realitasnya berbentuk pendidikan, politik, ekonomi dan sosial lainnya yang dihasilkan oleh kaum muslim mengalami pasang surut dan berhadapan dengan berbagai persoalan, polemik dan tantangan untuk tetap bertahan dan berkembang di tengah kejamnya penjajahan, Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945, Jepang masuk ke Indonesia, menduduki Tarakan, Kalimantan Timur, kemudian memasuki daerah-daerah lain di Indonesia dan dalam tempo yang sangat singkat telah menguasai seluruh wilayah Hindia Belanda.[1]

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki Nazi Jerman. Hindia belanda mengumumkan keadaan siaga dan pada Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris. Negoisasi dengan Jepang Juni 1941, yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal, dan Jepang memulai penaklukannya ke Asia Tenggara pada Desember tahun itu juga. Pada bulan yang sama, penguasa lokal di Sumatera menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda.Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh Stachouwer bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara Hindia Belanda datang ke Kalijati dan dimulai perundingan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan pihak Tentara Jepang, dan hasilnya Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat, kemudian Letnan Jenderal ter Poorten, mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda menanda-tangani pernyataan menyerah tanpa syarat. 

Dengan demikian secara de facto dan de jure, seluruh wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Terkait dengan penjajahan Jepang atas Indonesia tersebut dalam makalah ini akan dibahas secara husus bagiamana peradaban Islam di Indonesia pada masa penjajahan Jepang.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penyusunan makalah ini, yang menjadi pokok rumusan masalah pembahasan peradaban Islam di Indonesia pada masa penjajahan Jepang adalah: 
  1. Bagaimana Respon Muslim Indonesia atas kedatangan Penjajah Jepang ? 
  2. Bagaimana perkembangan peradaban Islam Indonesia dalam bidang Pendidikan dimasa penjajahan Jepang ? 
  3. Bagaimana perkembangan peradaban Islam Indonesia dalam Bidang Sosial Keagamaan dimasa Penjajahan Jepang ? 
  4. Bagaimana perkembangan peradaban Islam Indonesia dalam bidang Politik dimasa Penjajaan Jepang ? 

C. TUJUAN PENULISAN 

  1. Untuk mengetahui Respon Muslim Indonesia atas kedatangan Penjajah Jepang ? 
  2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban Islam Indonesia Dalam bidang Pendidikan masa penjajahan Jepang ? 
  3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban Islam Indonesia Dalam Bidang Sosial Keagamaan masa penjajahan Jepang ? 
  4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan perdaban Islam Indonesia Dalam bidang Politik masa penjajahan Jepang ?

BAB II PERADABAN ISLAM DI INDONESIA MASA PENJAJAHAN JEPANG 

A. Sikap muslim Indonesia masa kedatangan Bangsa Jepang.

Salah satu program yang memperolah empati dari pihak pribumi pada awal penjajahan Jepang adalah di bidang pendidikan dimana para pelajar Indonesia diberi kesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar di Jepang dengan alasan untuk kemajuan rakyat pribumi. Terkhusus untuk umat Islam, sebagai basis pergerakan yang massif dan sangat diperhitungkan, Jepang berusaha menarik perhatian dengan cara mengirim umat Islam untuk berhaji ke Mekah, di ibu kota Jepang didirikan masjid dan yang paling menarik adalah diadakannya konferensi umat Islam di Tokyo.[2]

Namun bangsa Indonesia menyadari bahwa Jepang mempunyai tujuan sangat buruk yaitu ingin menipponkan bangsa Indonesia, dan menggantikan Islam dengan Sintoisme.[3] Walaupun umat Islam Indonesia telah dilatih dengan kemusyrikan seperti berseikeirei, tetapi perlawanan dari umat Islam tetap berjalan baik secara keras maupun lunak. Di lain pihak, Jepang juga menyadari bahwa muslim Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah diarahkan.Sikap umat Islam terbagi menjadi dua, yaitu, sikap keras dengan perang yang diperlihatkan oleh ulama-ulama secara individual dan sikap lunak yang diperlihatkan oleh pemimpin-pemimpin muslim melalui organisasi-organisasi. 

Cara keras yang diperlihatkan oleh ulama-ulama secara individual menimbulkan pemberontakan lokal, seperti yang dilakukan Tengku Abdul Jalil di Aceh. Ia mengatakan bahwa Jepang lebih buruk dari pada Belanda. Perangpun terjadi pada bulan Agustus 1942. Jepang mula-mula ingin menyelesaikan dengan damai, dengan mengirim utusan tetapi tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang shalat.Kemudian muncul pemberontakan pemuda muslim Muhammadiyah di Pontianak, 8 Desember 1943, dan juga di Jawa, yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa, pemimpin pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, pemberontakan meletus bulan Februari 1944.

Dari pemberontakan-pemberontakan itu, dapat disimpulkan bahwa motif pemberontakan pada hakikatnya selain motif kekejaman dan kebrutalan Jepang, tetapi yang paling utama adalah motif membela agama.Selanjutnya sikap para pemimpin muslim dan para ulama yang sudah diarahkan oleh Jepang untuk membentuk organisasi buatan Jepang dengan maksud dapat menjadi alat pencapaian tujuannya, ternyata telah bertolak belakang dengan harapan Jepang. Organisasi-organisasi yang dibuat Jepang dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk memperkuat persatuan muslimin Indonesia, dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dan menyebarkan agama Islam, yang sekaligus untuk menghilangkan pengaruh Shinto yang telah disebarkan Jepang.[4] Ira M. Lapidus menjelaskan, beberapa fungsi administratif dan kemiliteran yang diberikan kepada golongan Islam turut memperkuat kekuatan politik dan memperluas massa untuk aksi muslim selanjutnya.[5] 

Dalam hal ini tiga hal yang dapat disebutkan: dibentuknya Kantor Urusan Agama Islam (Shumubu), didirikanya Masyumi dan pembentukan Hizbullah.Sejak tanggal 1 April 1944, dimulai pembentukan Kantor Urusan Agama Daerah di setiap keresidenan (yaitu bagian dari suatu provinsi). Di bawah kepemimpinan para tokoh seperti Wahid Hasyim dan Kahar Muzakkir. MIAI sebagai organisasi independen yang didukung oleh NU dan Muhammadiyah, yang pada tanggal 24 Oktober 1943 dibubarkan oleh Jepang. Pembubaran ini pada dasarnya reaksi Jepang terhadap agitasi bait al-mal yang terus menerus dan secara gencar dalam mengorganisir pengumpulan dana, pembagian zakat dan shadaqah oleh pengurus MIAI tanpa melibatkan Shumubu (Kantor urusan agama yang dibentuk Jepang). Sebagai pengganti MIAI, Jepang membentuk organisasi baru yaitu Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia) tanggal 22 November 1943 dan diberi status hukum pada tanggal 1 Desember 1943. Sebagai ketua organisasi ini adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Masyumi semakin kokoh ketika tanggal 1 Agustus 1944, pemerintah Jepang mengeluarkan pengumuman reorganisasi Shumubu yang bertujuan agar semua masalah keagamaan yang dirasakan penting dapat diatur dengan mudah. Konsekuensi reorganisasi ini, Husein Djajadiningrat, kepala Shumubu mengundurkan diri, lalu diganti oleh K.H. Hasyim Asy’ari dari Masyumi. Dengan demikian, kegiatan keagamaan ke Islaman di bawah kontrol elit muslim.[6]

Tujuan Jepang membubarkan MIAI dan mendirikan Masyumi satu golongan nasionalis guna merangkul rakyat Indonesia, khususnya pemimpin Islam. Pada zaman Jepang, akhir tahun 1944, juga dibentuklah Hizbullah, yaitu sejenis organisasi militer bagi pemuda-pemuda muslim Indonesia. K.H. Zainul Arifin dipercaya menjadi ketua panglima Hizbullah, dengan tugas utamanya mengkoordinasi pelatihan-pelatihan semi meliter. K.H. Zainul Arifin adalah salah satu utusan dari Nahdatul Ulama dalam kepengurusan Masyumi. Di antara pemimpinnya terdapat Muhammad Roem, Anwar Tjokro Aminoto, Jusuf Wibisono, dan Prawoto Mangkusaswito yang kemudian terkenal menjadi politikus-politikus terkenal. Jadi seluruh masa pendudukan Jepang ini, ternyata umat Islam telah memperoleh keuntungan-keuntungan besar.[7]

Jepang pada akhirnya menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Hingga akhirnya ketika tokoh nasional Indonesia mendengar berita bahwa Jepang kalah dalam perang Pasifik, ditandai dengan meledaknya bom atom di Hirosima dan Nagasaki, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. [8]


[1] Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 36.
[2] G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20: Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm 74-75.
[3] Shinto adalah agama resmi Jepang, Shinto sebenarnya bersasal dari bahasa China yang berarti “jalan para Dewa”, “pemujaan para Dewa”, “pengajaran para Dewa”, Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Shinto.
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm 41-43.[5] Machfud Syaefudin dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Yoyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm 284.[6] Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 86-87.
[7] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm 234.
[8] Machfud Syaefudin,dkk, Dinamika Peradaban Islam, (Yoyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm284.

Popular posts from this blog

Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum

Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum itu antara lain adalah : 1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain. Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian. Perubahan praktek pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian serius, agar pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi tentu perubahan kurikulum harus disesuaikan denga kondisi setempat, kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi karena adanya perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial, maupun budaya. 2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.  Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi makhluk terasing yang akanhidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan duni

Khasiat dan Kegunaan Batu Mata Harimau

Batu Mata Harimau menggabungkan getaran-getaran dari bumi dan getaran Matahari. Batu ini memberikan dukungan dalam menjalani suatu awal baru dalam kehidupan dan membantu dalam membangun kembali harmoni kehidupan kita. Batu Mata Harimau melindungi pememakainya, terutama selama perjalanan panjang. Batu ini juga mampu meningkatkan rasa aman dan kebanggaan dalam diri seseorang. Batu Mata Harimau adalah jenis batu mulia yang berasal dari Afrika Selatan , Rusia , Australia Barat dan juga banyak dijumpai di negara Jerman dan China. Nama Batu Mata Harimau sendiri diambil dari tekstur batu yang seolah-olah seperti mata harimau. Sehingga banyak yang menyebutkan jenis batu ini dengan Batu Mata Harimau . Batu ini sendiri memiliki kekuatan yang sangat tinggi , sehingga sangat sulit untuk pecah . Batu ini tergolong dalam keluarga batu Quartz . Mata Harimau adalah batu yang sangat baik untuk meningkatkan keyakinan diri, membantu dalam usaha mendapatkan kelimpahan dan kekayaan serta meningk

METODE MEMPELAJARI FILSAFAT

METODE MEMPELAJARI FILSAFAT Dalam mempelajari filsafat kita memerlukan penjelasan mengenai cara mempelajari / memahami filsafat ini.  Cara mempelajari filsafat  Ada 3 macam metode mempelajari filsafat : metode sistematis, metode historis, dan metode kritis 1. Metode sistematis Adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi/masalah-masalah yang dibicarakannya. Sistematis disini artinya adanya susunan dan urutan (hierarki) juga kaitan suatu masalah dengan materi/masalah lain yang terdapat dalam filsafat .[1] Misalnya mula menghadapi teori pengetahuan dari beberapa cabang filsafat. Lalu mempelajari teori hakekat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada periode. 2. Metode historis Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang te