Peradaban Barat modern menurut Ridha didasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk kemajuan umat Islam harus mau menerima peradaban Barat yang ada. Bahkan dia melihat wajib bagi umat Islam mempelajari pengetahuan dan teknologi modern itu. Umat Islam di zaman klasik mencapai kemajuan karena merekka maju dalam bidang ilmu pengetahuan. Barat maju karena mau mengambil ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh umat Islam itu. Dengan demikian mengambil ilmu pengetahuan Barat modern sebenarnya mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam.
Ide di atas bisa terlaksana dengan baik manakala dalam pemahaman umat Islam itu sendiri tidak terjadi yang namanya virus ta’assub (fanatik) yang terlalu berlebihan. Sikap yang harus diambil umat Islam terhadap Barat yaitu mau membuka diri bahwa Barat juga merupakan pihak yang berpengaruh dalam kehidupan umat Islam. Adanya klaim outsider terhadap Barat yang identik negatif laisa minna harus diubah menjadi minna yang pasti dengan prosesi klarifikasi. Dengan begitu rasa saling mencurigai dapat dimentaskan dan menjadi umat Islam secara ikhlas mau menerima ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh Barat.
Perlu diketahui bahwa ketersinggungan antara umat Islam dengan kalangan Barat adalah adanya pengaruh yang masih kental dengan kristendom abad pertengahan, persoalan perbenturan dengan kaum muslim pada dasarnya berada pada dua tataran: theologis, dan politis (sekaligus militer). Pada tataran theologis, Islam dipandang Eropa sebagai kelompok murtad Kristen (Christian heresy); sebagai skisma di dalam Kristen, yang pada gilirannya memunculkan agama baru yang dikenal sebagai Islam. Pada tataran politik dan militer, kristendom mempunyai dua alternatif : pertama, menghadapi kaum muslim secara militer dan, kedua, hidup berdamping dalam suasana yang relatif damai.[1]
Sejarah antara Islam dan Kristen (khususnya Eropa) sangat berdarah-darah yang imbasnya sampai sekarang masih terasa. Selain dikarenakan antara Islam dan Kristen adalah sama-sama agama dakwah sebagaimana misi Islam ketika meluaskan kekuasaan kekhalifahan dan dilanjutkan oleh dinasti-dinasti yang muncul setelahnya mempunyai misi penyebaran agama. Dipihak Kristen sikap kolonialisme juga mempunyai misi yang sama yaitu glory,gospel,dan gold. Hal-hal inilah yang pada era sekarang harus dihapuskan. Sikap sentimen antar kedua belah pihak hanya menyisakan kepahitan dan ketidak tentraman hidup di dunia. Sikap humanisme harus dikedepankan dan ini kelihatannya untuk masa mendatang mempunyai peluang yang menjanjikan untuk terlaksana. Islam harus mempraktekkan nilai-nilai yang diajarkan, bukan simbul-simbul, atau madzhab-madzhab yang memecah belah. Islam harus bisa menjadi agama cinta kedamaian dan umatnya harus bisa menjadi ummatan wasatan moderat dan toleran. Hanya dengan hal itulah Islam bisa menerima dan mengambil kemajuan Islam kembali dari Barat.
Bagi Ridha yang juga memperjuangkan pemikiran dan aksi gurunya, yaitu Ridha menginginkan apa yang namanya “revivalisme” dalam Islam. Sebagaimana ungkapan Azyumardi Azra pemikir-pemikir Islam modern seperti “Abduh bahwa terdapat tumpang tindih dan bahkan saling silang. Sebagaimana contoh saja. “ Abduh, pada tingkat pemikiran adalah “modernis” tetapi pada level keagamaan adalah “revivalisme”.[2] Ungkapan ini memang benar adanya dan itu juga dilanjutkan oleh muridnya yaitu Ridha. Sehingga usaha yang dilakukan bisa dikatakan tidak sukses lantaran dari sisi teori saling berbenturan. Namun usaha yang telah dilakukan mereka patut mendapatkan apresiasi, dengan usahanya secara tidak langsung dapat menyadarkan umat Islam pada era setelah mereka.
[1]Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam ; Dari Fundamentalisme,Modernisme,Hingga Post-Modernisme,(Jakarta:Paramadina, 1996),h. 196.
[2] Ibid., h. XII