Skip to main content

Posts

MAKALAH ISTITSNA’

MAKALAH BAHASA ARAB TENTANG ISTITSNA’ I. PENDAHULUAN Bahasa arab adalah bahasa Al Qur’an. Menurut kaidah hukum islam, mengerti ilmu nahwu hukumnya adalah fardu ‘ain bagi mereka yang ingin memahami Al Qur’an lebih dalam. Ilmu nahwu adalah ilmu yang menerangkan tentang kaidah-kaidah bahasa arab. Ada banyak hal yang dipelajari dalam ilmu nahwu, salah satu diantaranya adalah istitsna’ yang akan dibahas dalam makalah ini. II. RUMUSAN MASALAH Apa pengertian istitsna’ ? Apa saja rukun istitsna’ ? Bagaimana hukum-hukum istitsna’ ? III. PEMBAHASAN A. Pengertian Istitsna’ Istitsna’ adalah kata penghubung yang fungsinya menyatakan pengecualian. [1] Huruf istitsna’ itu adalah الا, سوى, غير, عدا, خلا, حاشا yang masing-masing dalam penggunaanya mempunyai aturan sendiri-sendiri.  Artikel Tentang Makalah Istitsna' Apa saja rukun dan Hukum istitsna’ ? [1] Nurul Huda, Mudah Belajar Bahasa Arab, (Jakarta : AMZAH), 2011,

Rukun dan Hukum istitsna’

Rukun dan Hukum istitsna’ dalam Nahwu A. Rukun istitsna’ ada tiga yaitu : 1) Mustatsna minhu (منه مستثنى ) Adalah isim yang jatuh sebelum huruf istitsna’ 2) Istitsna’i ( استثنا ئ ) Adalah huruf-huruf istitsna’, seperti الا, سوى, غير, عدا, خلا, حاشا  3) Mustatsna ( مستثنى ) Adalah isim yang jatuh setelah huruf istitsna’ مستثنى  استثنائ  مستثني منه  Istitsna’ itu ada dua yaitu: a. Istitsna’ muttasil Yaitu antara mustatsna dan mustatsna minhunya sejenis Contoh: قام القوم الا زيدا  b. Istitsna’ munqoti’ Yaitu antara mustatsna dan mustatsna minhunya tidak sejenis Contoh: القوم الا زيدا قام  B. Hukum istitsna’ 1) الا, kata penghubung istitsna’ ini memiliki beberapa ketentuan dalam penggunaanya, antara lain: a) Kata setelah kata penghubung ini harus manshub apabila berada setelah kalimat sempurna positif dan bukan kalimat larangan. contoh: حضر تلاميد الا زيدا

Pendirian Imam Hanafi tentang Taqlid

Pendirian Imam Hanafi tentang Taqlid Sebagai seorang ulama, Imam Hanafi tidak membenarkan seseorang bertaqlid kepada beliau, tanpa mengetahui dasar/dalil yang beliau pergunakan. Begitu juga kepada ulama-ulama lainnya. Beliau menginginkan supaya seseorang bersikap kritis dalam menerima fatwa dan ajaran agama, sehingga tidak ada seorang ulama yang dikultuskan. Imam Hanafi pernah berkata, “Tidak halal bagi seorang yang akan memberi fatwa dengan perkataanku, selama ia belum mengerti dari mana perkataanku itu.” Dalam menginstinbathkan suatu hukum, beliau melihat terlebih dahulu Kitabullah, dan bila tidak beliau temukan, dilihat pada Sunnah Rasulullah, bila tidak ditemukan dalam Sunnah Rasulullah, beliau melihat pendapa para sahabat, lalu beliau ambil pendapat yang sesuai dengan jalan pikiran beliau. Beliau tidak akan mengambil pendapat selain dari para Sahabat itu. Apabila para sahabat semuanya sependapat dalam menetapkan suatu hukum, beliau pun akan mengikuti pendapat itu sepe

Pengertian Pendidikan kemasyarakatan

Pendidikan kemasyarakatan adalah usaha sadar yang juga memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keterampilan, keahlian (profesi), yang dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat. Pendidikan masyarakat tidak hanya berfungsi menanamkan sikap untuk membangun tetapi juga pelengkap dan pengganti pendidikan formal, baik untuk anak didik yang tidak sempat melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi maupun untuk anak didik yang tidak pernah memasuki pendidikan formal.[1] Dalam rangka menggerakkan potensi masyarakat, perlu dikembangkan hubungan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dalam melaksanakan pendidikan nasional, kalau perlu dapat diupayakan agar sekolah dijadikan pusat pengembangan masyarakat.  Pendidikan kemasyarakatan mempunyai andil yang besar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, dalam peranannya antara lain: Pendidikan manusia seb

METODE MEMPELAJARI FILSAFAT

METODE MEMPELAJARI FILSAFAT Dalam mempelajari filsafat kita memerlukan penjelasan mengenai cara mempelajari / memahami filsafat ini.  Cara mempelajari filsafat  Ada 3 macam metode mempelajari filsafat : metode sistematis, metode historis, dan metode kritis 1. Metode sistematis Adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi/masalah-masalah yang dibicarakannya. Sistematis disini artinya adanya susunan dan urutan (hierarki) juga kaitan suatu masalah dengan materi/masalah lain yang terdapat dalam filsafat .[1] Misalnya mula menghadapi teori pengetahuan dari beberapa cabang filsafat. Lalu mempelajari teori hakekat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada periode. 2. Metode historis Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang te

MAKALAH METODE MEMPELAJARI FILSAFAT

MAKALAH METODE MEMPELAJARI FILSAFAT A. Pendahuluan Sebelum kita membahas bagaimana bagaimana mempelajari filsafat . Kita harus tahu dulu apa itu filsafat. Kita pasti asing ketika pertama kali mendengar filsafat. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan kepada pembaca apa itu filsafat dan bagaimana metode mempelajari filsafat.  Pengertian filsafat masih dipandang dari berbagai sudut pandang yang berbeda,banyak yang memandang filsafat adalah ilmu luar biasa yang sangat tinggi kedudukannya.filsafat menjadi sebuah wacana atau ilmu pengetahuan yang hanya mungkin dilakukan dan dipahami oleh orang yang memiliki intelektual tinggi serta kebijaksanaan yang sangat tinggi. Jadi orang belum dapat berfilsafat. Menurut sebagian orang, banyak yang menempatkan filsafat sebagai pemikiran yang terlalu abstrak dan tidak membumi untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari hari. Ada juga yang menganggap bahwa filsafat sebagai wacana yang tidak ada hubungannya dengan masalah kehidupan sehari hari. Fil

Tanggungjawab Imam Al-Ghazali atas Kemunduran Umat Islam di Bidang Ilmu dan Peradaban

Tanggungjawab Al-Ghazali atas Kemunduran Umat Islam di Bidang Ilmu dan Peradaban Sebagian kaum orientalis, yang diikuti orang-orang Arab modern berpendapat bahwa al-Ghazali bertanggungjawab atas kehancuran filsafat dan pemikiran bebas, mengangkat akademi tradisional mengalahkan akademi rasional. Bahkan ia bertanggungjawab atas hancurnya istana keilmuwan dan peradaban islam secara menyeluruh. Dalam buku yang berjudul al-Arab wa Tahaddiyatut Tiknulujia (Arab dan Tantangan Teknologi) karangan Anthonius Karan menyebutkan bahwa ia dan orang moderen melemparkan tanggungjawab kemunduran ummat dan peradabannya kepada al-Ghazali dan aliran yang mendukungnya. Kenyataan ini sulit dibantah bagi para peneliti peradaban islam dan aliran-alirannya. Akan tetapi ada beberapa aspek yang dapat membantah tuduhan-tuduhan mereka terhadap al-Ghazali, diantaranya: Suatu filsafat yang dapat dikuasai bangunannya sampai dasar-dasarnya oleh seseorang hanya dengan sebuah atau beberapa buku me